GEOLOGI CEKUNGAN BANDUNG
Ekskursi kelas Geologi Cekungan Bandung bersama Bapak Budi Brahmantyo di kandang rusa (doc Budi Brahmantyo) |
Bandung, 24 April 2016
Minggu- Ekskursi Geologi Cekungan Bandung dengan lokasi di Tahura (Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda), berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Kegiatan ini dimulai sejak pukul 08.00 WIB pagi hari, dengan lokasi awal berkumpul di lapangan parkir Tahura.
Foto bersama tim ekskursi di depan patung Ir.H. Djuanda |
Sebelum memulai agenda ekskursi, ada baiknya berfoto bersama
di depan patung Ir. H. Djuanda bersama tim ekspedisi Geocekban dengan Geowisata
yang berasal dari berbagai jurusan, mulai dari Geologi, Tambang, Elektro,
Arsitektur, Biologi, dan SBM, dengan jumlah kurang lebih 70 orang bersama Dosen
kami, Bapak Budi Brahmantyo yang mengikuti kegiatan ekskursi di Tahura kali
ini.
Lokasi 1 : Guha Jepang
Pukul: 08.41 WIB
Cuaca: Cerah
Guha Jepang dengan dimensi 20m x 7m berlitologi ignimbrite
breksi-lapili
Anak-anak sedang mendeskripsi litologi Guha Jepang (Doc: Budi Brahmantyo) |
lapili breksi dengan fragmen scoria di guha Jepang |
Deskripsi singkapan:
Berwarna abu gelap, tekstur klastik, ukuran butir debu kasar
<2mm, lapili 2mm-64mm, blok >100mm, fragmen terdiri dari dari scoria,
mafik, sortasi buruk, kemas terbuka, bentuk butir angular, struktur vesicular,
matriks berukuran debu kasar-lapili
Deskripsi Komposisi:
Massa dasar lapili (ukuran 2-64 mm) warna abu gelap, penyebaran
50%,
tuff (ukuran <2mm) penyebaran 15%
Fragmen Scoria , warna gelap, (ukuran blok >64mm)
penyebaran 30%
Nama batuan : Lapili breksi fragmen Scoria (Fischer, 1984)
Catatan Petrogenesa, lapisan ignimbrite atau batuan piroklastik yang telah terlaskan ini
berasal dari asumsi endapan Gunung Sunda Purba yang pernah meletus sekitar 105.000
tahun lalu.
Termasuk kedalam rangkaian Gunung Api Tua, Formasi
Cikapundung, padahal formasi Cikapundung ini memiliki rentang umur Plistosen
awal ( 2juta-700ribu tahun lalu) litologi berupa tuf, breksi volkanik, lahar,
dll. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikutnya J
Lokasi 2 Guha Belanda
Pukul 10.20 WIB
Cuaca: Cerah
Tugu Gua Belanda |
Dimensi Gua Belanda 15x10 m |
Penjelasan Singkat Gua Belanda |
Setelah berjalan kurang lebih 700m dari lokasi pertama yaitu Guha Jepang,
ditemukan kembali sebuah Guha yang berdimensi 15m x 10 m, guha Belanda memiliki
ketinggian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Guha Jepang. Dilihat dari
sisi latar belakang Guha Belanda itu sendiri, dibangun dengan tujuan sebagai
penyadapan aliran air sungai Ci Kapundung sebagai PLTA (1906) lalu beralih
fungsi pada tahun 1928 untuk kepentingan militer yaitu sebagai tempat tahanan
dan tempat penyimpanan amunisi.
Dari sisi Geologi, litologi Guha Belanda dengan Guha Jepang
memiliki kesamaan, litologi keduanya masih berupa ignimbrite lapili-breksi.
Permasalahan rentang umur ignimbrite ini kembali dipermasalahkan, yaitu dengan kunci Gunung
Batu dengan litologi berupa batuan beku Andesit yang berumur 510.000 tahun lalu
dengan metoda dating K-Ar yang
terdapat 2 kemungkinan secara petrogenesa, yakni sebagai intrusi dangkal atau
sebagai lava yang mengalir diatas lapisan yang berada dibawahnya.
Lapisan ignimbrite ini merupakan lapisan batuan yang berada
dibawah lapisan Andesit Gunung Batu, sehingga sudah seharusnya memiliki rentang
umur yang jauh lebih tua, jadi dapat diasumsikan bahwa lapisan ini bukan
merupakan hasil endapan dari letusan Gg. sunda purba melainkan Gg. Pra-Sunda,
diperkirakan pembentukannya terjadi pada 560.000-510.000 tahun lalu.
Proses pembentukan Gunung Tangkuban Parahu |
Lokasi 3 Lahar
Pak Budi sedang menjelaskan genesa lahar di lokasi Tahura |
Pukul: 11.05 WIB
Cuaca: Cerah
Berupa singkapan lahar dengan fragmen litik berupa
basalt-andesitis yang berukuran 50-100
cm, diduga sebagai hasil dari pyroclastik
flow yang membawa fragmen-fragmen batuan volkanik bercampur aduk menjadi
satu, menghasilkan sortasi buruk dan polimik (tersusun atas banyak komponen
batuan)
Lokasi 4 Lahar (lanjutan)
Pukul: 11.30 WIB
Cuaca : Cerah
Kurang lebih 500m dari singkapan ketiga, masih ditemukan
adanya singkapan berupa lahar. Dengan sifat fisisnya yang encer,
cenderung untuk mengisi cekungan, namun pada lokasi ini telah mengalami erosi
dari keberadaan Sungai Ci Kapundung. Di belakang singkapan lahar ini
terdapat batas kontak dengan sebuah tebing terjal berlitologi welded-tuff/ignimbrite lapili breksi
berwarna abu terang dengan dimensi
kurang lebih 15x15m.
Lokasi 5 Lava Pahoehoe (Batu Selendang)
Lokasi : Lava Pahoehoe, dengan nama umum Batu Selendang
Pukul : 01.00 WIB
Cuaca : Cerah berawan
Lava Pahoehoe yang bersifat basaltik encer |
Ini adalah lokasi yang paling menantang adrenalin! Karena
tangga yang terbuat dari semen untuk menuju tempat ini telah mengalami
longsoran sehingga untuk turun sampai ke lokasi ini perlu menuruni tebing yang
cukup terjal dengan bantuan tali yang telah diikatkan pada sebuah batang pohon
yang sebenarnya tidak cukup kuat, ditambah saya hanya memakai running shoes bukan sepatu lapangan
sehingga membuat saya sering tergelincir hampir jatuh saat menuruni lereng ini.
Ya, ini sangat riskan apalagi untuk pemula-pemula. Tahura ‘kan untuk kawasan
wisata ya, seharusnya secepatnya diperbaiki sebelum adanya korban. Siapapun
yang membaca hal ini dan memiliki wewenang, saya berharap tangga menuju Batu
Selendang ini segera diperbaiki.
Lava Pahoehoe dengan panjang sekitar 2m. Terlihat arah
aliran dari kiri menuju kanan (Saya lupa membawa kompas jadi belum dapat
memastikan arah North dimana). Telah dilakukan dating untuk menentukan umur dari lava Pahoehoe ini di daerah
Maribaya dan Curug Dago, didapatkan umur lava Pahoehoe 50-51ribu tahun lalu.
Dari rangkaian ini dapat disimpulkan ignimbrite memiliki umur Quarter
(Early Pleistocene) 2juta-700ribu tahun lalu, kemudian lahar, dan
termuda adalah lava basaltik berupa lava pahoehoe yang kemungkinan berumur
50-51ribu tahun lalu.
Lokasi 6 Curug Omas
Air terjun curug omas dengan lava basalt berbentuk kekar kolom dibaliknya |
Lokasi: Curug Omas
Pukul: 02.00 WIB
Cuaca: Mendung
kuda yang sedang dimandikan di aliran sungai Ci Kapundung |
Setelah makan siang di warung dekat curug lalai bersama lauk
pauk yang telah disediakan oleh pihak ITB, kami melanjutkan perjalanan menuju
Curug Omas. Tanjakan yang harus dilalui cukup lumayan, disertai dengan kotornya
baju-celana serta tas yang tentu saja menambas Geos nya ekskursi sampai saat ini.
Di tengah perjalanan, suara percikan air sudah dapat
didengar. Kuda pun mulai banyak hilir mudik di sekitar sini, bahkan ada
beberapa kuda yang sedang mandi di air yang berasal dari air terjun curug Omas, wow!
Aliran air yang berasal dari Curug Omas |
Akhirnya setelah sampai di lokasi terakhir yang merupakan
puncak destinasi dari ekskursi kali ini. Platform yang menjelaskan sekilas
mengenai curug omas, aliran lava gunung api purba. Curug omas ini terbentuk
akibat aliran lava yang bersifat basalt dan akhirnya mendingin. Karena
pelepasan beban pada saat lava keluar ke permukaan (release) dan arah gaya bersifat tegak lurus dengan arah aliran
sehingga membentuk morfologi kekar joint setinggi 30 m.
kekar joint dari lava basalt |
Penjelasan mengenai sesar lembang dan kaitannya dengan Curug Omas |
Aliran sungai Ci Kapundung yang berasal dari Maribaya dari arah Barat-Timur bersatu dengan aliran sungai Ci Gulung Utara-Selatan yang berasal dari Gg. Tangkuban Perahu dengan arah. Adanya pembelokan aliran air sungai secara tajam diakibatkan oleh adanya dinding sesar yang menghalangi aliran air sungai . Kedua sungai ini adalah sungai anteseden yang mampu menerobos dinding sesar dan mengalir bersama menuju arah Selatan sebagai sungai Cikapundung yang akhirnya menjadi sumber air bagi Kota Bandung.
Sesar Lembang merupakan sesar turun dengan blok selatan
mengalami pengangkatan sedangkan blok utara turun. Blok
Pulosari/Pulusari/Palasari adalah footwall
yang terangkat. Silitonga menggolongkan ke dalam endapan vulkanik tua namun
pada akhirnya diubah menjadi Formasi Cikapundung yang berupa ignimbrite,tuff,
breksi volkanik yang berumur Kuarter, Plistosen awal
Litologi lava basalt-Lahar-Ignimbrite |
ISTIRAHAT TIME