- Mengapa mempelajari batuan magmatik?
Pembaca diharapkan dapat
mendeskripsi, mengklasifikasi, dan memberikan penamaan kepada batuan besert
mengetahui proses pembentukan batuan beku, interpretasi dari tekstur,
mineralogi, dan geokimia sebuah batuan.
Mengapa kita perlu mempelajari
batuan beku? Apakah jawaban yang kita cari? Beberapa petrologist belajar mengenai batuan beku dalam satu atau lebih
sudut pandang, mencakup:
- Memahami proses erupsi
- Memperkirakan suatu kejadian dari produk erupsi bencana alam sebelumnya
- Menginvestigasi evolusi magma dari dapur magma
- Mendokumentasikan struktur dan formasi dari kerak kontinen dan samudera
- Menduga lingkungan tektonik di masa lampau (contoh: MORB, Island Arc, Magmatic Arc)
- Memahami formasi dari endapan mineral ekonomi berasosiasi dengan batuan beku
- Menentukan umur absolut dari batuan beku (batuan beku lebih mudah dilakukan dating daripada batuan sedimen)
- Mengidentifikasi asal sumber magma
- Mengidentifikasi karakter dan distribusi geokimia dasat mantel beserta evolusinya dilihat dari batuan magmatik hasil erupsi
Tujuan utamanya adalah mengetahui
proses magmatik atau dibawah kondisi spakah yang menjadikan proses tersebut
berjalan. Saat ini setiap orang yang bekerja dengan batuan beku akan
mengaplikasikan kemampuan mencakup analisis hubungan di suatu lokasi,
identifikasi hand-speciment di
lapangan, deskripsi dan analisis pada sayatan tipis, memberi nama batuan,
interpretasi mineral dan batuan secara kuantitatif (termasuk unsur jarang dan isotop), serta
interpretasi diagram fase.
2. Apa
itu Magma?
Batuan beku adalah batuan yang
terbentuk dari lelehan magma dari dalam interior bumi. Petrologist menggunakan
dua buah terminologi untuk batuan terlelehkan.
Magma : Terminologi umum yang
menunjukan campuran dari pelelehan dan kristal yang menjadi suspensi didalamnya
Larutan : Hasil dari pelelehan
produk, tidak termasuk dengan material padat yang menjadi suspensi didalamnya.
Komposisi magma dapat diestimasi
menggunakan hancuran dari sampel lava, termasuk fenokris dan massa dasar.
Sedangkan untuk menganalisis komposisi larutan, bagaimanapun memerlukan massa
dasar atau matriks gelasan.
Faktanya, ketika magma naik ke
permukaan, kandungan gas didalamnya berusaha keluar dari larutan dan melepaskan
gelembung gas. Jadi, terminologi magma ini secara umum dipahami sebagai
larutan, kristal dan gelembung gas. Namun, ketika larutan pijar ini telah
berhubungan dengan atmosfer disebut ‘lava’.
Pembentukan magma diawali dengan
pelelehan di daerah mantel melewati kerak kontinen dan menambah kompleksitas
kimia dan petrologi dari batuan. Intinya, semua berawal dari magma, mendingin,
dan mengalami kristalisasi.
3. DIVERSITAS
KOMPOSISI MAGMA SECARA ALAMI
Komposisi keseluruhan dari batuan
beku dapat diekspresikan melalui 2 jalur alternatif:
1.
Analisis
kuantitatif geokimia, memberikan persentase dari unsur kimia utama dalam sebuah
massa.
2. Kehadiran
mineral dalam batuan dilihat dari bawah mikroskop, estimasi secara kualitatif
dan kuantitatif.
Analisis bulk (atau biasa disebut
whole rock analysis) dari batuan volkanik memperkirakan aproksimasi yang
mendekati (kecuali senyawa volatilnya) sempurna. Analisis dengan seksama dari
data geokimia memberikan data mengenai kondisi (P, T) magma serta sumber magma
(ultrabasa, basa, intermediet, felsik). Apabila di lapangan, tentu saja
analisis geokimia tidak berlaku melainkan menggunakan observasi dari hand-speciment untuk dihitung kadar
mineral dan jenis mineral. Tinjauan lebih dalam ketika dianalisis menggunakan
mikroskop dengan sayatan tipis, karena didapatkan informasi tambahan mengenai
proses post-magmatik seperti pelapukan, alterasi hidrotermal, dsb (contoh
dilihat dari mineral kuarsa, olivin, aegirin, augit, nepheline, dll).
Bagaimana
kita mengetahui variasi komposisi magma?
Dimensi vertikal dari diagram
variasi didapatkan dari total Na2O dan K2O dalam % massa. Dimensi horizontal
menunjukan hubungan SiO2 (%) dengan tiap titik data dalam grafik. Hubungan
antara Na2O+K2O dengan SiO2 merepresentasikan analisis batuan. Plot ini disebut
sebagai diagram TAS (Total Alkalis versus Silika) dan sudah digunakan cukup
luas untuk menganalisis klasifikasi secara geokimia batuan vulkanik.
Diagran ini menunjukan kandungan
silika magma dapat bervariasi, SiO2 dari 31%-76% dan total alkali dari 1%-15%.
Dari komposisi ini dapat ditentukan:
a.
Sumber
dari komposisi dan mineraloginya (kerak atau mantel)
b.
Kedalaman
pelelehan
c.
Kadar
pelelehan (%)
d.
Proses
fraksionasi di dapur magma dangkal seperti fraksi kristalisasi