GEA Melapang

Lokasi: Gunung Batu, Lembang

Gunung Bende, Citatah, Padalarang

Formasi Rajamandala, umur Oligosen akhir-Miosen awal

Curug Omas

Pertemuan Sungai Ci Kapundung dengan Ci Gulung

IMPK 2016

Lokasi : Cicenang-Ciater, Subang, Jawa Barat

My sister and brother

Meilani Yesi Chelsiana Samuel

Sabtu, 01 Juli 2017

Travelling dan Lampung : Sebuah Perjalanan Membuka Tabir Sejarah dalam Aspek Geologi


Beberapa pemuda telah mempersiapkan diri dengan semua perlengkapan menginap selama 2 minggu. Melaju dari kota lautan api, sebuah kota untuk menelusuri ilmu dan pengetahuan, menuju kota yang menjadi saksi sebuah legenda mendunia sejak tahun 1883. Amarah dari sebuah Gunung Api Strato bertipe Peret yang meluap dan menewaskan 36.000 jiwa, Gunung Krakatau. Kota yang dipenuhi dengan aneka macam oleh-oleh keripik pisang –sejenis makanan andalan kota ini. Sebut saja kota Lampung. Macam-macam tipe batuan di lokasi yang berbeda memberikan petunjuk kunci yang menuntun Saya untuk memecahkan sejarah kota Lampung. Kota asing yang bahkan tidak pernah sebelumnya ditelisik jauh lebih dalam, di mata seseorang yang sedang berusaha men
dalami keprofesiannya bahkan dalam kegiatan sehari-hari.

Persiapan keberangkatan dimulai sejak tanggal 27 Juni 2016. Berbekal tas ransel di punggung dan sebuah tas kecil tambahan di tangan, dengan memakai bus Bandung-Merak melalui rute Cianjur. Jarak tempuh yang dibutuhkan ialah selama 10 jam. Angin malam telah menyambut ketika bus sampai ke Pelabuhan Merak, juga kapal fery telah tersedia untuk mengantarkan jejak kaki dari Pulau Jawa menuju Pulau Sumatera. Kesempatan pertama keluar dari sebuah pulau yang menjadi saksi kelahiran dan perkembangan hidup. Angin malam, deruan ombak, serta sinar redup menyala kapal pesiar lainnya terlihat dari kejauhan. Seiring berjalannya kapal Feri, dalam kilasan mata, Pulau Sumatera menjadi semakin dekat.

Kota Lampung, Batu, dan Sejarahnya

Gambar 1. Batu granit dan kuarsit di Bandar Lampung (Dok. Pribadi)
Matahari pagi di Lampung cukup terik dan berkegiatan di dalam ruangan dirasa kurang mengasyikan. Saya memutuskan untuk mengitari daerah sekeliling rumah inap di daerah Villa Merah, UNILA, Bandar Lampung. Tidak dipungkiri, ada macam tipe batu yang berbeda dengan tipe batuan yang ada di Pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki dominasi batuan beku Andesit, hal ini dipengaruhi oleh tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Mikro Sunda.

Batuan tersebut secara deskripsi berwarna bening keputihan dan keras, kemungkinan adalah Kuarsit yang tersusun atas mineral Kuarsa yang memiliki kekerasan Mohs 7. Batuan yang termasuk ke dalam tipe batuan metamorfik ini memiliki pelamparan yang luas, di setiap gundukan tanah batu ini tersebar merata. Padahal, Saya belum pernah menemukannya di daerah sekitar tempat tinggal di Jawa Barat. Selain itu, terdapat juga batuan yang tersusun atas mineral K-Feldspar berwarna jingga, dengan asumsi seorang Traveller Geologist, Saya berpendapat bahwa batuan tersebut adalah granit. Granit adalah batuan beku plutonik yang berkomposisi asam, dengan kadar silika >52% secara teori. Lagi, Saya hanya dapat berasumsi karena batu-batu ini belum di cek pada laboratorium. Pikir Saya, Lampung tentu saja menjadi istimewa karena memiliki batuan bersifat asam, karena Indonesia secara regional pada umumnya didominasi oleh batuan bersifat intermediet. Jenis batu lain yang ditemukan adalah batu Andesit berwarna abu-abu beserta jenis batu terakhir yang spesial. Bahasa pasar menyebutnya batu apung, namun dalam keilmuan geologi disebut sebagai Scoria, suatu tipe batuan vulkanik berwarna gelap dengan struktur berlubang-lubang (vesicular) seperti spons. Secara genesa, scoria ini berasal dari gunung api bersifat basa (basaltic) umumnya memiliki lava cair encer sampai intermediet (andesitic).

Mengapa Lampung memiliki jenis litologi batuan yang berbeda dengan Jawa? Hubungan antara batuan berkomposisi asam, batuan metamorf dan batuan vulkanik di Lampung? Bagaimana hubungan Vulkanisme di Lampung? Bagaimana keterkaitan dengan tatanan tektonisme wilayah Lampung dalam Pulau Sumatera? Keunikan-keunikan ini membuat Saya penasaran akan sejarah pembentuk kota Lampung dari sudut pandang Geologi. Seperti anak kuliah pada umumnya, belajar teori-teori, hukum-hukum, dan rumus yang ada pada mata kuliah tiap-tiap jurusan, terkadang membuat pemikiran menjadi kaku dan sempit. Kurangnya kajian dan analisis terhadap kenyataan yang ada di sekitar, menimbulkan kebingungan terhadap pribadi yang terjun langsung ke lapangan.

Menyusun Kepingan Sejarah Lampung


Gambar 2. Travelling di sekitar Tanjung Beluk, Lampung (Dok. Pribadi)

Sejarah tidak hanya berkaitan dengan kemerdekaan, kekuasaan Pemerintah dari masa ke masa, ataupun berkaitan dengan sejarah budaya suatu wilayah. Jauh sebelum itu ada sejarah yang seringkali tidak diketahui oleh masyarakat kebanyakan. Sejarah Geologi yang menjadi jawaban atas fenomena alam setiap wilayah. Jika Bandung terkenal dengan Sejarah Cekungan Bandung-nya serta dapat dijelaskan dengan ilmu Bumi ini, demikian pula Lampung. Jadi, kunci untuk menentukan benang merah sejarah suatu wilayah pada masa lalu didapatkan dengan menggabungkan litologi, geomorfologi, struktur geologi, dan tambahan lainnya.

Pada hari-hari berikutnya, Saya mengelilingi kampus UNILA dan menemukan kunci petunjuk kedua, yaitu sebuah batu yang berukuran besar. Di dalam bongkah batu berukuran 1 x 1 x 1.5 m terdapat batuan-batuan yang berdimensi lebih kecil dengan ukuran yang berbeda-beda menjadi fragmen di dalam batuan besar tersebut. Teman-teman Saya pun bergegas bertanya mengapa ada sebuah batu di pinggir jalan, hanya satu-satunya, pun memiliki ukuran yang besar? Batu yang terlihat seperti hasil dari arus turbidit, seperti longsoran yang diakibatkan lereng dengan gradien tinggi yang berbeda, sehingga membuat batuan berbagai ukuran dan jenis menjadi satu. Secara sejarah, mungkin pada saat dahulu di sekitar Bandar Lampung terdapat Gunung Api Purba. Hasil erupsinya melontarkan batuan vulkanik dan tercampur bersama batuan non-vulkanik, batuan tersebut dinamakan batuan epiklastik. Sekalipun tidak ada niat untuk mengkaji Lampung, karena tujuan awal hanya untuk berjalan-jalan, namun fenomena-fenomena yang ada di sekitar bahkan di pinggir jalan, mulai membentuk kepingan puzzle yang tersusun.

Gambar 3. Singkapan batuan vulkanik, Teluk Betung, Lampung (Dok. Pribadi)

Lampung dan Sejarahnya

Dari penelaahan secara langsung dan data sekunder melalui referensi dari beberapa jurnal, didapatkan sejarah Lampung dan keterkaitan geologinya. Sekarang, pertanyaan Saya mengenai “Mengapa jenis litologi batuan di Lampung berbeda dengan batuan di Jawa?” dapat dijawab melalui sejarah proses terbentuknya Cekungan Sumatera Selatan. Asal muasal Cekungan Sumatera Selatan yaitu dari kegiatan tektonik penunjaman lempeng Hindia-Australia yang bergerak ke arah utara hingga timur laut terhadap lempeng Eurasia yang relatif diam. Oleh karena adanya penunjaman lempeng Hindia-Australia, hal tersebut mempengaruhi jenis batuan, morfologi, tektonisme, dan struktur geologi di Sumatera Selatan yang mencakup provinsi Jambi (Utara), Bangka-Belitung (Timur), Bengkulu (Barat), dan Lampung (Selatan).

Setelah diketahui asal muasal faktor penyebab perbedaan jenis batuan di Sumatera dan Jawa, pertanyaan berikutnya adalah “Mengapa terdapat batuan beku asam seperti granit dan batuan metamorf seperti kuarsit?”. Batuan granit yang ditemukan dibelakang rumah, setelah disamakan dengan referensi menghasilkan hasil sepadan, yakni adanya formasi Granit yang tersusun oleh batuan granit di daerah Bandar Lampung. Yang kedua, batuan kuarsit merupakan batuan metamorf dan referensi memaparkan bahwa basement atau batuan dasar pulau Sumatera khususnya Cekungan Sumatera Selatan tersusun atas batuan metamorf Paleozoikum dan Mesozoikum, dan batuan beku Mesozoikum. Batuan metamorf Paleozoikum-Mesozoikum telah mengalami perlipatan dan pensesaran akibat intrusi batuan beku.

Seperti puzzle yang mulai terpasang dengan baik, pertanyaan selanjutnya pun dikemukakan. “Adakah asosiasi Lampung dengan kegiatan vulkanisme masa lalunya?”. Batuan scoria yang ditemukan mengindikasikan bahwa kegiatan vulkanisme di Lampung termasuk aktif. Tentu saja benar, karena Sumatera adalah salah satu pulau yang terlewati oleh jalur gunung api sirkum Pasifik. Selain itu, faktor lain yang memicu adanya kegiatan Vulkanisme aktif di Lampung atau skala lebih besarnya adalah Sumatera, karena adanya kegiatan tektonik yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu zona sesar besar Sumatera, zona perlipatan berarah barat laut tenggara dan zona sesar pra-tersier. Sesar besar sumatera dapat dilihat pada Gambar 3.

Oleh karena proses interaksi lempeng Hindia-Australia di sebelah barat Sumatera yang menujam ke arah lempeng Eurasia mengakibatkan adanya subduksi aktif dan menghasilkan perstiwa pengangkatan benua yang disebut Bukit Barisan, dengan arah yang sejajar dengan sesar. Di sepanjang Bukit Barisan terdapat lembah-lembah yang membentuk suatu kelurusan, salahsatu diantaranya adalah Teluk Semangko yang berada di Lampung. Selain itu, sepanjang jalur sesar Sumatera memiliki komposisi batuan vulkanik asam, pasir tufan, dan tuf dengan fragmen batu apung. Batuan vulkanik asam ini berasal dari sumber batuan granit yang memotong batuan dasar di bawah permukaan tanah. Sampai titik ini seharusnya sudah lebih jelas mengenai keterkaitan pembentukan struktur geologi-proses tektonisme-proses vulkanisme dengan penyebaran batuan di wilayah Lampung.

Gambar 3. Sesar Besar Sumatera ditandai garis merah dari Lampung hingga Aceh (Sumber:
http://www.tectonics.caltech.edu/sumatra/2007MarEQ/fig1.gif

Kembali kepada cerita travelling Saya di Lampung. Pada hari pertama tiba disana, gempabumi menyambut dengan magnitudo sebesar 5.0 skala Richter, namun beruntung tidak terjadi bencana yang besar melainkan hanya berupa getaran. Umumnya, Lampung mengalami gempa bumi, hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor berkaitan dengan tektonisme Sumatera sendiri. Terjadinya gempabumi di Lampung tidak hanya berkaitan dengan sesar besar Sumatera, namun lebih banyak terjadi akibat sesar-sesar kecil di sekitarnya. Sesar yang terjadi pada tanggal 28 Juni 2016, saat Saya baru satu hari berada di Lampung, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diakibatkan oleh adanya aktivitas sesar aktif di Selat Sunda. Selain sesar, gempa di Lampung dapat diakibatkan oleh subduksi aktif lempeng Hindia-Australia ke bawah lempeng Eurasia seperti yang terjadi pada 2 Mei 2016 atau pusat gempa diluar zona subduksi (Terjadi pada 23 Juli 2016), disebut zona outer rise1 yang dapat menyebabkan tsunami apabila bermagnitudo besar. Dari beberapa fakta ini, interpretasi Saya adalah terjadinya gempa bumi di Lampung tergantung kepada 1) Pergerakan sesar-sesar aktif di daerah Cekungan Sumatera Selatan, 2) Apabila saat terjadi subduksi, adanya gunung api ataupun material lain yang ikut mengganjal di pusat subduksi sehingga memicu gempa di zona benioff2. 3)Terjadinya kegiatan magmatisme3 dari gunung-gunung api aktif di Lampung dapat memicu terjadinya gempabumi.

Tentunya selain proses terjadinya gempabumi yang dapat dibahas melalui sejarah geologi Lampung dan Cekungan Sumatera Selatan, ada masih banyak peristiwa fenomena alam yang dapat terjawab. Untuk menemukan jawaban dari satu pertanyaan kepada pertanyaan lainnya, diperlukan peninjauan dan studi penyelidikan lebih lanjut. Travelling Lampung belum berhenti di titik ini, bahkan kota-kota lain akan menjadi sasaran pembelajaran selanjutnya.

Akhirnya, pelabuhan Bakauheni menjadi penutup travelling di Lampung. Cahaya matahari pagi menemani hari kepulangan Saya menuju pulau Jawa. Ada jauh lebih banyak yang Anda dapatkan jika dibandingkan hanya sekedar berjalan-jalan dan mengabadikannya ke dalam sebuah figura. Sebab dibalik benda-benda yang tersebar di pelamparan pinggir jalan dan objek-objek wisata yang dijadikan sebagai wadah panorama, ada sebuah –bahkan banyak sejarah yang dapat diceritakannya secara tidak langsung. Jika dan hanya jika Anda mau peka terhadap alam.

Zona outer rise 1) : Sebuah zona diluar pusat subduksi
Zona benioff 2) : Sebuah zona pusat gempa bumi di daerah subduksi
Magmatisme 3) : Proses pembentukan dan naiknya magma ke permukaan

REFERENSI
Fieldtrip : Geological study in Tanjung Bintang, Bukit Kunyit and Klara Beach. (2015). http://hmtg.tg.itera.ac.id/field-trip-lampung-2015/ diakses pada 19 September 2016. Geologi Cekungan Sumatera. digilib.unila.ac.id/10674/16/BAB%20II.pdf diakses pada 19 September 2016. Gambaran umum Lampung Selatan. digilib.unila.ac.id/10832/14/BAB%20IV.pdf diakses pada 1 September 2016
Panatapan, Ido. (2016). Sejarah Geologi Sesar Sumatera. 2016. http://www.lintas-sumatera.com/2016/05/sejarah-geologi-sesar-sumatera.html diakses pada 19 September 2016 Rustadi, R. (2012). Batuan Terobosan dan prospek Mineralisasi Logam di Bandar Lampung. Jurnal Sains MIPA Universitas Lampung,18(1).
Tanggapan Gempa Lampung, 28 Juni 2016. (2016). www.vsi.esdm.go.id/index.php/gempabumi-a-tsunami/kejadian-gempabumi-a-tsunami/1229-tanggapan-gempa-lampung-50-sr-28-juni-2016- diakses pada 1 September 2016.
Tectonics Observatory. www.tectonics.caltech.edu/sumatra/2007MarEQ/fig1.gif diakses pada 19 September 2016

Minggu, 19 Februari 2017

PETROGENESIS- PERKENALAN MAGMA DAN BATUAN MAGMATIK

  1.      Mengapa mempelajari batuan magmatik?

Pembaca diharapkan dapat mendeskripsi, mengklasifikasi, dan memberikan penamaan kepada batuan besert mengetahui proses pembentukan batuan beku, interpretasi dari tekstur, mineralogi, dan geokimia sebuah batuan.
Mengapa kita perlu mempelajari batuan beku? Apakah jawaban yang kita cari? Beberapa petrologist belajar mengenai batuan beku dalam satu atau lebih sudut pandang, mencakup:
  •     Memahami proses erupsi
  •     Memperkirakan suatu kejadian dari produk erupsi bencana alam sebelumnya
  •     Menginvestigasi evolusi magma dari dapur magma
  •     Mendokumentasikan struktur dan formasi dari kerak kontinen dan samudera
  •     Menduga lingkungan tektonik di masa lampau (contoh: MORB, Island Arc, Magmatic Arc)
  •     Memahami formasi dari endapan mineral ekonomi berasosiasi dengan batuan beku
  •   Menentukan umur absolut dari batuan beku (batuan beku lebih mudah dilakukan dating daripada batuan sedimen)
  •     Mengidentifikasi asal sumber magma
  •      Mengidentifikasi karakter dan distribusi geokimia dasat mantel beserta evolusinya dilihat dari batuan magmatik hasil erupsi

Tujuan utamanya adalah mengetahui proses magmatik atau dibawah kondisi spakah yang menjadikan proses tersebut berjalan. Saat ini setiap orang yang bekerja dengan batuan beku akan mengaplikasikan kemampuan mencakup analisis hubungan di suatu lokasi, identifikasi hand-speciment di lapangan, deskripsi dan analisis pada sayatan tipis, memberi nama batuan, interpretasi mineral dan batuan secara kuantitatif  (termasuk unsur jarang dan isotop), serta interpretasi diagram fase.


2.     Apa itu Magma?

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari lelehan magma dari dalam interior bumi. Petrologist menggunakan dua buah terminologi untuk batuan terlelehkan.
Magma : Terminologi umum yang menunjukan campuran dari pelelehan dan kristal yang menjadi suspensi didalamnya
Larutan : Hasil dari pelelehan produk, tidak termasuk dengan material padat yang menjadi suspensi didalamnya.
Komposisi magma dapat diestimasi menggunakan hancuran dari sampel lava, termasuk fenokris dan massa dasar. Sedangkan untuk menganalisis komposisi larutan, bagaimanapun memerlukan massa dasar atau matriks gelasan.
Faktanya, ketika magma naik ke permukaan, kandungan gas didalamnya berusaha keluar dari larutan dan melepaskan gelembung gas. Jadi, terminologi magma ini secara umum dipahami sebagai larutan, kristal dan gelembung gas. Namun, ketika larutan pijar ini telah berhubungan dengan atmosfer disebut ‘lava’.
Pembentukan magma diawali dengan pelelehan di daerah mantel melewati kerak kontinen dan menambah kompleksitas kimia dan petrologi dari batuan. Intinya, semua berawal dari magma, mendingin, dan mengalami kristalisasi.


3. DIVERSITAS KOMPOSISI MAGMA SECARA ALAMI
Komposisi keseluruhan dari batuan beku dapat diekspresikan melalui 2 jalur alternatif:
1.      Analisis kuantitatif geokimia, memberikan persentase dari unsur kimia utama dalam sebuah massa.
2.  Kehadiran mineral dalam batuan dilihat dari bawah mikroskop, estimasi secara kualitatif dan kuantitatif.

Analisis bulk (atau biasa disebut whole rock analysis) dari batuan volkanik memperkirakan aproksimasi yang mendekati (kecuali senyawa volatilnya) sempurna. Analisis dengan seksama dari data geokimia memberikan data mengenai kondisi (P, T) magma serta sumber magma (ultrabasa, basa, intermediet, felsik). Apabila di lapangan, tentu saja analisis geokimia tidak berlaku melainkan menggunakan observasi dari hand-speciment untuk dihitung kadar mineral dan jenis mineral. Tinjauan lebih dalam ketika dianalisis menggunakan mikroskop dengan sayatan tipis, karena didapatkan informasi tambahan mengenai proses post-magmatik seperti pelapukan, alterasi hidrotermal, dsb (contoh dilihat dari mineral kuarsa, olivin, aegirin, augit, nepheline, dll).
          
  Bagaimana kita mengetahui variasi komposisi magma?

Dimensi vertikal dari diagram variasi didapatkan dari total Na2O dan K2O dalam % massa. Dimensi horizontal menunjukan hubungan SiO2 (%) dengan tiap titik data dalam grafik. Hubungan antara Na2O+K2O dengan SiO2 merepresentasikan analisis batuan. Plot ini disebut sebagai diagram TAS (Total Alkalis versus Silika) dan sudah digunakan cukup luas untuk menganalisis klasifikasi secara geokimia batuan vulkanik.

Diagran ini menunjukan kandungan silika magma dapat bervariasi, SiO2 dari 31%-76% dan total alkali dari 1%-15%. Dari komposisi ini dapat ditentukan:
a.       Sumber dari komposisi dan mineraloginya (kerak atau mantel)
b.      Kedalaman pelelehan
c.       Kadar pelelehan (%)
d.      Proses fraksionasi di dapur magma dangkal seperti fraksi kristalisasi

Rock Forming Mineral (Mineral Pembentuk Batuan)

Pengertian dari Mineral Pembentukan Batuan sendiri adalah mineral-mineral yang menyusun suatu batuan sehingga batuan sendiri dapat diartikan sebagai sebuah benda padat yang terdiri dari berbagai macam mineral, namun terdapat juga batuan yang hanya terdiri dari satu mineral saja, contohnya Dunit yang tersusun dari satu mineral yaitu Olivin.

            Magma mengalami pendinginan pada saat menuju permukaan bumi (baik didalam permukaan maupun diluar permukaan bumi) sehingga penurunan temperature yang cepat ataupun lambat itu akan membentuk suatu mineral. Pembentukan ini tergantung pada waktu yang diperlukan  untuk mendinginkan sebuah batuan, semakin lama mineral yang terbentuk semakin sempurna, batasnya jelas, dan umumnya berukuran besar, sedangkan mineral yang terbentuk pada waktu yang lebih singkat akan mempunyai bentuk mineral yang lebih kecil ukurannya dan batas-batas yang kurang jelas. Pembentukan mineral karena penurunan temperature telah disusun oleh Bowen dalam seri reaksi Bowen:
Meilani 12014083
Penjelasan Diagram Bowen:
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksen merupakan pasangan “Incongruent melting” dimana setelah pembentukan Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah Biotit.
 Mineral sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas (mineral felsik). Anorthit adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah Albit, mineral ini tersebar pada batuan asam seperti Granit dan Riolit. Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan deret “Solid Solution” yang merupakan reaksi kontinyu, artinya kristalisasi Plagioklas Ca (Anortit) sampai Plagioklas Na (Albit) akan berjalan terus jika reaksi setimbang. Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar (Orthoklas), ke Muscovit dan terakhir Kuarsa, maka mineral kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral mafik atau mineral felsik.

Mineral utama sebagai penyusun utama pembentuk batuan antara lain:
1. Kuarsa (Quartz)
 Mineral ini mempunyai susunan kimia dengan rumus SiO2 dan terhitung mineral yang banyak sekali tersebar.
Ø  Warna asli bening, tetapi karena adanya pengotoran dari unsur lain sehingga mempunyai banyak warna, biasanya bening atau putih suram
Ø  Sistem kristal Prismatic Hexagonal
Ø  Tidak mempunyai belahan
Ø  Pecahannya conchoidal
Ø  Kekerasan: 7 (skala mohs)
Ø  Kilap Kaca
Ø  Ciri khas: Terdapat garis-garis mendatar pada sisi bidang kristalnya. Biasanya tidak mempunyai bentuk yang baik, karena merupakan mineral yang menghablur terakhir dari magma, sehingga terpaksa harus mengisi celah-celah dan rongga-rongga sisi yang terdapat diantara kristal-kristal dari mineral yang telah terbentuk lebih dahulu. 


2. Feldspar
Meilani 12014083
 Merupakan golongan mineral yang paling umum dijumpai di dalam kulit bumi sebagai Silikat dari Alumina dengan Kalium, Natrium, dan Kapur.
Ø  Sistem Monoklin/Triklin
Ø  Belahan 2 arah
Ø  Kekerasan 6
Ø  Warna dari putih sampai merah muda
Ø  Kilap gelas
Ø  Terbagi atas 2 golongan, yaitu:
1. Potassium Feldspar (K Al Si3O8)
 Terdiri dari mineral ortoklas, mikrolin dan sanidin adularis. Warnanya putih, pucat atau merah daging. Kilat seperti kaca, bidang belahan baik, tidak ada striasi (garis-garis paralel yang lembut). Contohnya: Ortoklas (KALSiO2), sebagai sumber utama unsur K (Kalium) dalam tanah, umumnya berwarna abu-abu, kemerahan, belahan dua arah, kekerasan 6, bersifat asam, sistem Kristal monoklin.

2. Plagioklas Feldspar (Na, Ca)Al Si3O8
 Sistem Kristal Triklin, warna putih atau abu-abu berwarna lain, kilap kaca. Bidang belahan baik kedua arah ada sitriasi.  Mudah dibedakan dari Ortoklas karena adanya kembaran yang dapat dilihat dibawah loupe, lebih-lebih di bawah mikroskop. Sering berbentuk zona dan berubah menjadi Serisit, Kaolinit atau Epidot.
 Plagioklas felspar terdiri atas 6 macam mineral, yaitu:
 a. Albit
 b. Oligoklas
 c. Andesin
 d. Bitownit
 e. Labradorit
 f. Anorthit
 Makin ke bawah makin berkurang mengandung Ca dan makin bertambah akan mengandung Na. Albit, Andesin disebut Plagioklas asam atau Na Plagioklas. Anortit, Bitownit disebut Plagioklas basa atau Calcic Plagioklas. Plagioklas (Na, Ca) AlSi3O8 kenampakannya menyerupai Ortoklas, hanya warnya biasa putih abu-abu dan secara optic Plagioklas mempunyai kembaran. Plagioklas terdiri dari mineral-mineral Albit, Oligoklas, Andesine, Bitownit, Labradorit dan Anortit.

M
3. Mika
Ø  Sistem Monoklin
Ø  Kekerasan 2-2.5
Ø  Warna putih, hijau, coklat, kuning
Ø  Belahan sempurna 1 arah (berlembar)
 Ada tiga macam, yaitu muscovit, biotit, dan phlogopit.
 1). Muscovit, disebut juga mika putih. Rumus kimianya KAl(OH) 2(Al Si3 O10). Mudah dikenal, karena sifatnya yang mudah dibelah-belah dalam helaian-helaian yang sangat tipis, transparan dan fleksibel, tidak berwarna, abu-abu, kehijauan atau coklat muda, kilap vitreum, kekerasan 2-3.
 2). Biotit disebut juga Mika hitam, dengan rumus kimia K2(Mg, Fe)2 (OH) 2Al Si3O8. Mudah terbelah dalam satu arah dan biasanya berbentuk segi enam, tidak transparan, fleksibel. Warna: hitam hingga coklat tua, kilap vitrous, kekerasan 2,5 - 3.
 3). Phlogopit disebut juga mika coklat. Tidak banyak dijumpai.

4. Amfibol
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang menyerupai jarum
Ø  Sebagian besar terdiri dari mineral Hornblende
Ø  Susunan kimianya Ca2(MgFeA1)3(OH) 2 (SiA14O11) 2
Ø  Sistem Kristal monoklin
Ø  Berbentuk prismatik, biasanya berisi kelipatan tiga, agak panjang dengan belahan dua arah menyudut kira-kira 900
Ø  Warna : coklat tua hingga hitam.
Ø  Kekerasan 5-6

5. Piroksen
 Terutama terdiri dari mineral Augit.
Ø  Berbentuk prismatik pendek berisi kelipatan 4 dengan belahan 2 arah menyudut.
Ø  Sistem Monoklin
Ø  Pyroxen adalah senyawa yang kompleks dari Calsium, Magnesium, Ferum, dan Silikat
Ø  Warna coklat tua hingga hitam.
Ø  Kekerasan 5 - 8.
Ø  Mineral golongan ini antara lain : Enstatit, Hypersten, Diopsid, dan yang paling banyak terdapat ialah Augit dengan rumus kimia Ca (MgFe) (SiO3)2 (AlFe)2 O3.

M
6. Olivin
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan magnesium (Mg).
Ø  Susunan kimia (FeMg)2SiO4.
Ø  Sistem Orthorombik
Ø  Berwarna hijau atau kuning kecoklatan
Ø  Kilap kaca
Ø  Pada umumnya terdapat dalam batu Basalt dan Gabro.
Ø  Olivin membentuk kristal yang ideal, karena terbentuk pertama-tama dari magma.
Ø  Biasanya berbutir halus dan granular.
Ø  Pecahan concoidal (seperti kerang).
Ø  Kekerasan 6,5 - 7.


7.       Kalsit
Ø  Mineral ini berwarna putih, sering ada pengotoran
Ø  Mempunyai belahan 3 arah
Ø  Susunan kimianya CaCO3
Ø  Sistem Rhombohedral

Dapat disingkat 8 mineral utama pembentuk batuan:
1.Plagioclase feldspar
2. K-feldspar
3.Kuarsa
4.Mika
5.Amphibole
6.Piroksen
7.Olivin
8.Kalsit


Rabu, 05 Oktober 2016

TEKSTUR SAYATAN TIPIS PADA BATUAN BEKU
No.
Tekstur
Nama Tekstur
Penjelasan
Gambar
1
Khusus Basa
Intergranular
Tekstur dimana celah sudut antara mineral plagioklas diisi oleh olivin, piroksen, atau oksida besi
2
Intersertal
(Mirip Intergranular)  Namun celah sudut antar mineral diisi oleh gelas/bahan  cryptocrystalline
3
Ofitik
Tekstur dimana plagioklas dikelilingi oleh mineral piroksen sepenuhnya (radial). Terlihat seolah-olah piroksen terisi oleh plagioklas .
4
Subofitik
Tekstur ofitik namun dengan catatan butiran plagioklas tidak sepenuhnya tertutup dalam matriks piroksen (tidak terlalu radial, agak acak)
5
Khusus Intermediet
Poikilitik
Tekstur adanya inklusi mineral secara acak dalam suatu mineral besar
6
Porfiritik
Tekstur yang menunjukan adanya campuran butiran kasar dalam massa batuan yang lebih halus. Mineral yang berukuran besar dan sempurna disebut fenokris, mineral yang lebih halus disebut massa dasar (groundmass).

Magma yang sedang bergerak naik ke permukaan membeku dengan cepat dan menghasilkan mineral berbentuk sempurna dan belum sempurna.
7
Vitrofirik
Seperti tekstur porfiritik tetapi mineral penyusun massa dasarnya adalah gelas
8
Hyalofilitik
(Mirip tekstur ofitik, piroksen ganti jadi gelas) Tekstur mikroklit plagioklas dikelilingi oleh gelas sepenuhnya.
Khas dijumpai pada batuan basa-intermediet.
9
Trakhitik
(Tekstur aliran) Fenokris dan massa dasar alkali feldspar menunjukan pola kesejajaran akibat aliran
10
Pilotaksitik
(Tekstur aliran) Fenokris dan massa dasar plagioklas menunjukan pola kesejajaran akibat aliran
11
Kelyfilitik Rim
Tekstur suatu kristal dikelilingi oleh kristal lain.

Akibat dari ketidakstabilan kristal yang bereaksi dengan kristal lain dan pelelehan.
12
Khusus Felsik
Graphic
Kedua mineral tumbuh bersama dalam tingkat kristalisasi yang berbeda.

Menyebabkan intergrowth dalam  1 individu antara kuarsa & K-feldspar, dengan butir kuarsa meruncing
13
Granofirik
Intergrowth dalam 1 individu antara kuarsa & K-feldspar, dengan butir kuarsa anhedral.
14
Mirmekitik
Intergrowth dalam 1 individu kuarsa & Plagioklas.

Kristal plagioklas belum sempurna, namun kuarsa masuk mengisi rongga yang belum terkristalisasi sempurna itu
15
Pertit
Eksolusi Plagioklas (albit) & K-Feldspar (Mikroklin) (HOST).

Plagioklas berbentuk memanjang dan sejajar dengan arah bidang belah mineral mikroklin.
Disebut juga quadrille structure.
16
Anti-Pertit
Kebalikan Pertit.
Umumnya lebih tipis daripada pertit.
Plagioklas sebagai host dan Mikroklin sebagai tamu.
17
Embayment
Tekstur dengan kristal utama terlihat termakan oleh kristal yang lebih muda.

Akibat kristal utama terubahkan ke dalam bentuk lelehan dan menjadi bentuk teluk.
REFERENSI

1.       Common igneous Textureal Terms http://www.people.carleton.edu/~bhaileab/petrology/BH250Slides/CommonIgenousTexturalTermsandPhotomcirgraphys2.html diakses terakhir pada 3 Sept 2016