GEA Melapang

Lokasi: Gunung Batu, Lembang

Gunung Bende, Citatah, Padalarang

Formasi Rajamandala, umur Oligosen akhir-Miosen awal

Curug Omas

Pertemuan Sungai Ci Kapundung dengan Ci Gulung

IMPK 2016

Lokasi : Cicenang-Ciater, Subang, Jawa Barat

My sister and brother

Meilani Yesi Chelsiana Samuel

Senin, 25 April 2016

Mengenal Sekilas Sejarah Geologi Cekungan Bandung dari Tahura

GEOLOGI CEKUNGAN BANDUNG

Ekskursi kelas Geologi Cekungan Bandung bersama Bapak Budi Brahmantyo di kandang rusa (doc Budi Brahmantyo)


Bandung, 24 April 2016

Minggu- Ekskursi Geologi Cekungan Bandung dengan lokasi di Tahura (Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda), berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Kegiatan ini dimulai sejak pukul 08.00 WIB pagi hari, dengan lokasi awal berkumpul di lapangan parkir Tahura.

Foto bersama tim ekskursi di depan patung Ir.H. Djuanda

Sebelum memulai agenda ekskursi, ada baiknya berfoto bersama di depan patung Ir. H. Djuanda bersama tim ekspedisi Geocekban dengan Geowisata yang berasal dari berbagai jurusan, mulai dari Geologi, Tambang, Elektro, Arsitektur, Biologi, dan SBM, dengan jumlah kurang lebih 70 orang bersama Dosen kami, Bapak Budi Brahmantyo yang mengikuti kegiatan ekskursi di Tahura kali ini.


Lokasi 1 :  Guha Jepang

Pukul: 08.41 WIB
Cuaca: Cerah
Guha Jepang dengan dimensi 20m x 7m berlitologi ignimbrite breksi-lapili


Anak-anak sedang mendeskripsi litologi Guha Jepang (Doc: Budi Brahmantyo)
 lapili breksi dengan fragmen scoria di guha Jepang

Deskripsi singkapan:
Berwarna abu gelap, tekstur klastik, ukuran butir debu kasar <2mm, lapili 2mm-64mm, blok >100mm, fragmen terdiri dari dari scoria, mafik, sortasi buruk, kemas terbuka, bentuk butir angular, struktur vesicular, matriks berukuran debu kasar-lapili

Deskripsi Komposisi:
Massa dasar lapili (ukuran 2-64 mm) warna abu gelap, penyebaran 50%,
tuff (ukuran <2mm) penyebaran 15%
Fragmen Scoria , warna gelap, (ukuran blok >64mm) penyebaran 30%
Nama batuan : Lapili breksi fragmen Scoria (Fischer, 1984)
Catatan Petrogenesa, lapisan ignimbrite atau batuan piroklastik yang telah terlaskan ini berasal dari asumsi endapan Gunung Sunda Purba yang pernah meletus sekitar 105.000 tahun lalu.
Termasuk kedalam rangkaian Gunung Api Tua, Formasi Cikapundung, padahal formasi Cikapundung ini memiliki rentang umur Plistosen awal ( 2juta-700ribu tahun lalu) litologi berupa tuf, breksi volkanik, lahar, dll. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikutnya J

Lokasi 2 Guha Belanda

Pukul 10.20 WIB
Cuaca: Cerah

Tugu Gua Belanda
Dimensi Gua Belanda 15x10 m

Penjelasan Singkat Gua Belanda

Setelah berjalan kurang lebih 700m dari lokasi pertama yaitu Guha Jepang, ditemukan kembali sebuah Guha yang berdimensi 15m x 10 m, guha Belanda memiliki ketinggian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Guha Jepang. Dilihat dari sisi latar belakang Guha Belanda itu sendiri, dibangun dengan tujuan sebagai penyadapan aliran air sungai Ci Kapundung sebagai PLTA (1906) lalu beralih fungsi pada tahun 1928 untuk kepentingan militer yaitu sebagai tempat tahanan dan tempat penyimpanan amunisi.



Dari sisi Geologi, litologi Guha Belanda dengan Guha Jepang memiliki kesamaan, litologi keduanya masih berupa ignimbrite lapili-breksi.
Permasalahan rentang umur ignimbrite ini kembali dipermasalahkan, yaitu dengan kunci Gunung Batu dengan litologi berupa batuan beku Andesit yang berumur 510.000 tahun lalu dengan metoda dating K-Ar yang terdapat 2 kemungkinan secara petrogenesa, yakni sebagai intrusi dangkal atau sebagai lava yang mengalir diatas lapisan yang berada dibawahnya.
Lapisan ignimbrite ini merupakan lapisan batuan yang berada dibawah lapisan Andesit Gunung Batu, sehingga sudah seharusnya memiliki rentang umur yang jauh lebih tua, jadi dapat diasumsikan bahwa lapisan ini bukan merupakan hasil endapan dari letusan Gg. sunda purba melainkan Gg. Pra-Sunda, diperkirakan pembentukannya terjadi pada 560.000-510.000 tahun lalu.
Proses pembentukan Gunung Tangkuban Parahu


Lokasi 3 Lahar

Pak Budi sedang menjelaskan genesa lahar di lokasi Tahura

Pukul: 11.05 WIB
Cuaca: Cerah
Berupa singkapan lahar dengan fragmen litik berupa basalt-andesitis yang berukuran  50-100 cm, diduga sebagai hasil dari pyroclastik flow yang membawa fragmen-fragmen batuan volkanik bercampur aduk menjadi satu, menghasilkan sortasi buruk dan polimik (tersusun atas banyak komponen batuan)


Lokasi 4 Lahar (lanjutan)

Pukul: 11.30 WIB 
Cuaca : Cerah
Kurang lebih 500m dari singkapan ketiga, masih ditemukan adanya singkapan berupa lahar. Dengan sifat fisisnya yang encer, cenderung untuk mengisi cekungan, namun pada lokasi ini telah mengalami erosi dari keberadaan Sungai Ci Kapundung. Di belakang singkapan lahar ini terdapat batas kontak dengan sebuah tebing terjal berlitologi welded-tuff/ignimbrite lapili breksi berwarna  abu terang dengan dimensi kurang lebih 15x15m.

Lokasi 5  Lava Pahoehoe (Batu Selendang)

Lokasi : Lava Pahoehoe, dengan nama umum Batu Selendang
Pukul : 01.00 WIB
Cuaca : Cerah berawan
Lava Pahoehoe yang bersifat basaltik encer

Ini adalah lokasi yang paling menantang adrenalin! Karena tangga yang terbuat dari semen untuk menuju tempat ini telah mengalami longsoran sehingga untuk turun sampai ke lokasi ini perlu menuruni tebing yang cukup terjal dengan bantuan tali yang telah diikatkan pada sebuah batang pohon yang sebenarnya tidak cukup kuat, ditambah saya hanya memakai running shoes bukan sepatu lapangan sehingga membuat saya sering tergelincir hampir jatuh saat menuruni lereng ini. Ya, ini sangat riskan apalagi untuk pemula-pemula. Tahura ‘kan untuk kawasan wisata ya, seharusnya secepatnya diperbaiki sebelum adanya korban. Siapapun yang membaca hal ini dan memiliki wewenang, saya berharap tangga menuju Batu Selendang ini segera diperbaiki.

Lava Pahoehoe dengan panjang sekitar 2m. Terlihat arah aliran dari kiri menuju kanan (Saya lupa membawa kompas jadi belum dapat memastikan arah North dimana). Telah dilakukan dating untuk menentukan umur dari lava Pahoehoe ini di daerah Maribaya dan Curug Dago, didapatkan umur lava Pahoehoe 50-51ribu tahun lalu.

Dari rangkaian ini dapat disimpulkan ignimbrite memiliki umur Quarter (Early Pleistocene) 2juta-700ribu tahun lalu, kemudian lahar, dan termuda adalah lava basaltik berupa lava pahoehoe yang kemungkinan berumur 50-51ribu tahun lalu.


Lokasi 6 Curug Omas

Air terjun curug omas dengan lava basalt berbentuk kekar kolom dibaliknya
Lokasi: Curug Omas
Pukul: 02.00 WIB
Cuaca: Mendung


kuda yang sedang dimandikan di aliran sungai Ci Kapundung
Setelah makan siang di warung dekat curug lalai bersama lauk pauk yang telah disediakan oleh pihak ITB, kami melanjutkan perjalanan menuju Curug Omas. Tanjakan yang harus dilalui cukup lumayan, disertai dengan kotornya baju-celana serta tas yang tentu saja menambas Geos nya ekskursi sampai saat ini.
Di tengah perjalanan, suara percikan air sudah dapat didengar. Kuda pun mulai banyak hilir mudik di sekitar sini, bahkan ada beberapa kuda yang sedang mandi di air yang berasal dari air terjun curug Omas, wow!

Aliran air yang berasal dari Curug Omas



Akhirnya setelah sampai di lokasi terakhir yang merupakan puncak destinasi dari ekskursi kali ini. Platform yang menjelaskan sekilas mengenai curug omas, aliran lava gunung api purba. Curug omas ini terbentuk akibat aliran lava yang bersifat basalt dan akhirnya mendingin. Karena pelepasan beban pada saat lava keluar ke permukaan (release) dan arah gaya bersifat tegak lurus dengan arah aliran sehingga membentuk morfologi kekar joint setinggi 30 m. 


kekar joint dari lava basalt
Penjelasan mengenai sesar lembang dan kaitannya dengan Curug Omas

 Aliran sungai Ci Kapundung yang berasal dari Maribaya dari arah Barat-Timur bersatu dengan aliran sungai Ci Gulung Utara-Selatan  yang berasal dari Gg. Tangkuban Perahu dengan arah. Adanya pembelokan aliran air sungai secara tajam diakibatkan oleh adanya dinding sesar yang menghalangi aliran air sungai . Kedua sungai ini adalah sungai anteseden yang mampu menerobos dinding sesar dan mengalir bersama menuju arah Selatan sebagai sungai Cikapundung yang akhirnya menjadi sumber air bagi Kota Bandung.


Sesar Lembang merupakan sesar turun dengan blok selatan mengalami pengangkatan sedangkan blok utara turun. Blok Pulosari/Pulusari/Palasari adalah footwall yang terangkat. Silitonga menggolongkan ke dalam endapan vulkanik tua namun pada akhirnya diubah menjadi Formasi Cikapundung yang berupa ignimbrite,tuff, breksi volkanik yang berumur Kuarter, Plistosen awal 
Litologi lava basalt-Lahar-Ignimbrite


ISTIRAHAT TIME
Sebelum balik turun ke posisi awal ada baiknya mengabadikan moment moment di Curug Omas ini.

Pak Budi dan Alam


Mengerjakan laporan

















Tempat penangkaran rusa

Oke, sampai disini dulu perjumpaan kita. See you in the next excursion, pal! (Meilani)

Minggu, 24 April 2016

Kompilasi Foto Geologi, Awan, dan Lainnya!









Minggu, 17 April 2016

Ilmu Medan Peta dan Kompas / IMPK 2016

IMPK 2016



IMPK = Ilmu Medan Peta dan Kompas
Lokasi: Cicenang Ciater, Subang, Jawa BaratTanggal : Sabtu, 9 April 2016
Pukul : 09.00-14.00 WIB



Pada tanggal 9 April 2016, angkatan 2014 HMTG "GEA" ITB melakukan salahsatu agenda rutin tahunan yang diadakan 1 tahun sekali, yakni IMPK dengan kepanjangan ilmu medan peta dan kompas.
Hari itu cuaca cerah mendukung kami untuk melakukan pelatihan survey lapangan menggunakan peta dan kompas. 

Perjalanan menggunakan mobil elf selama +- 1 jam dari Bandung menuju Cicenang-Ciater, Subang. Ya, Subang adalah kampung halaman saya, dan rasa rindu keluarga sedikit terbayarkan. Lokasinya sebelah kanan (arah utara) dari Tangkuban Perahu, terdapat pelang 'gracia' masuk ke jalan tersebut, tidak terlalu jauh, sekitar 700m dari jalan raya utama.

Sesampainya di lokasi, dilakukan pembagian kelompok, dan saya mendapat kelompok 7 beserta dibekali secarik peta tiap orangnya. Prosedurnya seperti ini:
-Pembagian lokasi koordinat tiap point(titik pos)
-Harus mendapatkan lokasi tersebut dengan bermodalkan kompas untuk mencari lokasi
-Lokasi awal ditentukan dengan menggunakan resection.



Suasana saat briefing. So serius!


Akhirnya kami mulai melakukan perjalanan. Pada perjalanan kali ini 1 kelompok dibagi menjadi 3 peran yakni: Ranger sebagai penunjuk jalan dan pemilih jalan, Shooter sebagai penembak lokasi menggunakan kompas, dan Plotter sebagai orang yang memplotkan data arah yang didapatkan shooter dan menuangkannya ke dalam peta untuk menentukan lokasi.

Koordinat posisi awal 929000, 52000


.
Menembak puncak Gunung Palasari dan Gunung Malam


Disertai pembimbing yang mengawasi kami dan memberikan arahan

Banyak pelajaran yang didapatkan, mulai dari kompetensi seorang geologist yang hidup di alam bebas, keahlian tidak hanya berupa materi secara teori namun juga harus dibekali dengan insting seorang geologist, praktik ke lapangan.


Hal-hal lucu, mengesalkan, melelahkan sudah menghampiri kelompok 7 untuk mencari point 7. FYI, kami mendapatkan lokasi terjauh yaitu di puncak sebuah bukit yang jauh dan cukup terjal. Jadi selama kami belum menemukan lokasi yang kami cari akhirnya kami mempergunakan spot-spot yang ada untuk berfoto bersama karena kebun teh ini memang sangat indah, jarang juga kami melihat sesuatu yang berwarna hijau dengan udara segar, biasanya 'kan harus berurusan dengan bebatuan yang sebagian besar t'lah mengalami pelapukan juga berada dibawah terik matahari untuk mendeskripsi singkapan. 


Berikut adalah foto-foto di tengah perjalanan (pencarian tepatnya) menuju point 7:

(Berusaha untuk memenangkan photo contest)

Singkat cerita akhirnya bukit lokasi yang dituju telah ditemukan, dan kami melakukan persiapan untuk mendakinya!



(Semangat persiapan menuju bukit)


(Sebelum naik, bergaya terlebih dahulu dengan gaya ala-ala kelompok 7)



Akhirnya setelah mendaki cukup lama dan tejal tentunya, point 7 berhasil ditaklukan! Berada di ketinggian 1200 m diatas permukaan laut.
(Dari kiri ke kanan <belakang> : Ali, Billy, Icang, Memed, Armein, Dzaki, Jaka )
(Dari kiri ke kanan <depan> : Adam, Hasbi, Wicak, Meilani, Wira, Fatih) 

(Foto di Point 7)


Setelah turun dari bukit, tidak jauh dari situ ditemukan point 8
(Foto di Point 8)

Lalu jalan kembali mengikuti jalan ke posisi awal dan menemukan point selanjutnya, yaitu point 6.
(Foto di Point 6)


Kemudian kembali berjalan, berjalan dan berjalan dan menemukan kembali point selanjutnya yaitu point 5. Point yang lain tidak sulit, bung, hanya berada diatas pohon saja, tanpa perlu mendaki gunung lewati lembah seperti lagu ninja hatori dulu.

"Mendaki gunung lewati lembah. Sungai mengalir indah ke samudera. Bersama teman bertualang"

(Foto di Point 5)


























IMPK = Ilmu Medan Peta dan Kompas
Lokasi: Cicenang Ciater, Subang, Jawa BaratTanggal : Sabtu, 9 April 2016
Pukul : 09.00-14.00 WIB



Pada tanggal 9 April 2016, angkatan 2014 HMTG "GEA" ITB melakukan salahsatu agenda rutin tahunan yang diadakan 1 tahun sekali, yakni IMPK dengan kepanjangan ilmu medan peta dan kompas.
Hari itu cuaca cerah mendukung kami untuk melakukan pelatihan survey lapangan menggunakan peta dan kompas. 

Perjalanan menggunakan mobil elf selama +- 1 jam dari Bandung menuju Cicenang-Ciater, Subang. Ya, Subang adalah kampung halaman saya, dan rasa rindu keluarga sedikit terbayarkan. Lokasinya sebelah kanan (arah utara) dari Tangkuban Perahu, terdapat pelang 'gracia' masuk ke jalan tersebut, tidak terlalu jauh, sekitar 700m dari jalan raya utama.

Sesampainya di lokasi, dilakukan pembagian kelompok, dan saya mendapat kelompok 7 beserta dibekali secarik peta tiap orangnya. Prosedurnya seperti ini:
-Pembagian lokasi koordinat tiap point(titik pos)
-Harus mendapatkan lokasi tersebut dengan bermodalkan kompas untuk mencari lokasi
-Lokasi awal ditentukan dengan menggunakan resection.




Suasana saat briefing. So serius!


Akhirnya kami mulai melakukan perjalanan. Pada perjalanan kali ini 1 kelompok dibagi menjadi 3 peran yakni: Ranger sebagai penunjuk jalan dan pemilih jalan, Shooter sebagai penembak lokasi menggunakan kompas, dan Plotter sebagai orang yang memplotkan data arah yang didapatkan shooter dan menuangkannya ke dalam peta untuk menentukan lokasi.

Koordinat posisi awal 929000, 52000


.
Menembak puncak Gunung Palasari dan Gunung Malam


Disertai pembimbing yang mengawasi kami dan memberikan arahan

Banyak pelajaran yang didapatkan, mulai dari kompetensi seorang geologist yang hidup di alam bebas, keahlian tidak hanya berupa materi secara teori namun juga harus dibekali dengan insting seorang geologist, praktik ke lapangan.


Hal-hal lucu, mengesalkan, melelahkan sudah menghampiri kelompok 7 untuk mencari point 7. FYI, kami mendapatkan lokasi terjauh yaitu di puncak sebuah bukit yang jauh dan cukup terjal. Jadi selama kami belum menemukan lokasi yang kami cari akhirnya kami mempergunakan spot-spot yang ada untuk berfoto bersama karena kebun teh ini memang sangat indah, jarang juga kami melihat sesuatu yang berwarna hijau dengan udara segar, biasanya 'kan harus berurusan dengan bebatuan yang sebagian besar t'lah mengalami pelapukan juga berada dibawah terik matahari untuk mendeskripsi singkapan. 


Berikut adalah foto-foto di tengah perjalanan (pencarian tepatnya) menuju point 7:

(Berusaha untuk memenangkan photo contest)

Singkat cerita akhirnya bukit lokasi yang dituju telah ditemukan, dan kami melakukan persiapan untuk mendakinya!



(Semangat persiapan menuju bukit)


(Sebelum naik, bergaya terlebih dahulu dengan gaya ala-ala kelompok 7)



Akhirnya setelah mendaki cukup lama dan tejal tentunya, point 7 berhasil ditaklukan! Berada di ketinggian 1200 m diatas permukaan laut.
(Dari kiri ke kanan <belakang> : Ali, Billy, Icang, Memed, Armein, Dzaki, Jaka )
(Dari kiri ke kanan <depan> : Adam, Hasbi, Wicak, Meilani, Wira, Fatih)

(Foto di Point 7)


Setelah turun dari bukit, tidak jauh dari situ ditemukan point 8
(Foto di Point 8)

Lalu jalan kembali mengikuti jalan ke posisi awal dan menemukan point selanjutnya, yaitu point 6.
(Foto di Point 6)


Kemudian kembali berjalan, berjalan dan berjalan dan menemukan kembali point selanjutnya yaitu point 5. Point yang lain tidak sulit, bung, hanya berada diatas pohon saja, tanpa perlu mendaki gunung lewati lembah seperti lagu ninja hatori dulu.

"Mendaki gunung lewati lembah. Sungai mengalir indah ke samudera. Bersama teman bertualang"


(Foto di Point 5)



Waktu menunjukan pukul 14.00 WIB, waktunya telah habis, hingga akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri pencarian point-point yang lain. Kami mendapatkan total sebanyak 4 point yaitu point 7,8,6 dan 5. Cukup banyak, apresiasi :D

Tapi sebelum turun ke tempat berkumpul, ada baiknya mengabadikan moment sekali lagi dengan gaya ala ala 5cm. Ya, hasilnya kurang lebih seperti ini:

(Melihat pemandangan alam dari atas bukit Cicenang)



Seperti itulah IMPK 2016 bersama angkatan HMTG "GEA" ITB 2014 dan kakak pembimbing angkatan 2012 dan 2013 secara singkat. Masih banyak yang perlu dipelajari. JIA YOU (^^)/
Salam Geologi!!